Berproses

karena ekonomi begitu stabil, kita jadi tidak memperhatikannya. Jarang mengeluh soal itu. Menganggap itu semua tidak penting. Padahal, jika stop saja satu misalnya minyak goreng, goyang semuanya.

bagi saya naluri kehidupan itu cuma 3, yaitu ekonomi, pengetahuan dan sosial.

Sebelum kita beranjak pada pembahasan yang ingin saya sampaikan, pertama saya akan sedikit tips untuk mencerna nanti materi yang akan saya sampaikan.

kenapa demikian ?

dan kenapa ini penting ?

sebab agar nanti teman-teman tidak salah mengambil sikap. ya. itu pertama.
Keduanya, saya berharap teman-teman tidak mengambil apa yang saya sampaikan nanti bulat-bulat, tapi silahkan bandingkan sendiri, apa yang akan saya sampaikan nanti, dengan apa yang sebelumnya teman teman pelajari, lalu pilih dan bandingkan sendiri, mana yang terbaik untuk di lakukan oleh teman-teman.

Jadi gini,
Apa yang akan kita lakukan, apa yang akan kita bicarakan dan kesimpulan dalam menilai seseorang, itu tergantung dari apa yang kita sering dengarkan, informasi apa yang kita dapatkan dan apa yang selama ini kita perhatikan. Itulah Persepsi.

Contoh sederhananya gini :

Ketika itu, ada kegiatan pemuda berlokasi di Gunung Sadakeling.

Ada yang unik. Ketika berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan

  1. saya membawa banyak sekali perlengkapan Hiking, satu carrier Full.
  2. Sementara di lain sisi, Tuan nanang nyaris tidak membawa apapun selain apa yang dikenakannya dan satu sarung.

padahal kita akan berangkat ke gunung yang sama, namun kenapa perlengkapan yang di bawa berbeda ?

Itulah Persepsi. 
Persepsi saya, gunung itu merupakan kawasan yang dingin, jauh dari perkotaan dan banyak hewan berbahaya. Maka dari itu saya membawa perlengkapan yang bisa menangani hal demikian, 

Itu karena pengalaman yang saya alami seperti itu.

Sementara mungkin di di kudu tuan nanang, gunung itu tempat yang asik, aman dan tidak ada ancaman sama sekali. Sehingga perlengkapan yang dibawa juga biasa saja. gak lebai

Itulah persepsi.

kadang, Meskipun kita mendapati suatu kejadian yang serupa dengan teman-teman kita, kita dan teman kita akan menyimpulkan suatu perkara tersebut dengan kesimpulan yang berbeda.

Atau misalnya.

Ketika kita buka sosial media, semua sosial media memiliki kesamaan, yaitu mengambil data kita sebelumnya, misalnya situs apa saja yang telah kita kunjungi, kemudian produk apa yang kita cari-cari di toko online, 

lalu hal-hal tersebut yang dianggap menarik bagi kita oleh algoritma sosial media, akan ditampilkan kembali konten yang serupa dengan itu. 

ketika kita melihat sosial media dan yang ditampilkan adalah hal-hal yang sesuai dengan kita, maka kita menganggap hal tersebutlah kebenarannya, karena toh ini yang sering ditampilkan.

Dan itu yang membentuk Persepsi kita. 

Padahal, setiap orang akan memiliki tampilan media sosialnya yang berbeda-beda. 

Dan lebih gilanya lagi, karena semua orang saat ini bisa menjadi seorang aktor dalam media sosial yang dapat di bayar gila-gilaan, kadang informasi nya rusak...

Maka dari itu, untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan, maka perbanyak wawasan, minimal sering-sering membaca.

sayangnya, di Indonesia ini antusiasme dalam membaca itu tidak cukup lebar, sehingga kita tidak lagi bisa memahami dengan baik bahwa untuk melihat suatu hal, ada banyak perspektif-perspektif lain, karena perspektifnya tidak kaya.

Di khawatirkan kita menyimpulkan sesuatu dengan kacamata kuda, maksudnya, apa yang dia yakini hanya itulah yang dia jalani.

padahal begitu banyak ilmu pengetahuan lain yang tersedia

terkadang kita memerlukan sumber-sumber yang bertentangan dengan itu untuk melihat realitas dengan lebih jelas. keputusan tindakan yang lebih bijak.

(misalnya metologi melihat gajah) tidak sempurna bila hanya di lihat dari samping. Maka untuk melihat detail gajah dengan baik, anda harus mampu melihat gajah di bagian samping kiri-kanan, atas bawah dan depan belakang.

Oleh karenanya penting sekali memperkaya wawasan.


Apa yang ingin saya sampaikan disini ?

Mungkin akan ada ketidak cocokan informasi yang selama ini teman-teman terima dan informasi yang akan saya sampaikan,

Oke, saya harap teman-teman paham dengan maksud yang saya katakan yah...

Oke, Mungkin sebagian diantara teman-teman, ada yang belum mengenal saya. 

Jadi sedikit perkenalan dulu, (padahal udah dari tadi bicara, baru kenalan sekarang) karena jika sudah kenal kan suka muncul rasa.... nah... hahah

Baik, jadi saya, adalah salah satu taskil PC. Pemuda persatuan Islam Cibatu yang di percayai di bidang Ekonomi.

Sebuah bidang yang kadang-kadang sering bertentangan dengan prinsip perspektif keislaman yang kita pelajari.

Terkadang ada benturan antara orang yang berekonomi. dalam tanda petik mencari uang, dengan seseorang yang mendalami ilmu agama. 

Kadang kala, tidak sedikit diantara kita yang men justifikasi bahwa orang yang memutuskan untuk berikhtiar mencari uang atau berekonomi ini dianggap menjauhi agama. 

Begitu juga sebaliknya, terkadang orang-orang yang selalu hidup dengan lingkungan islam, di nilai akan juah dari kekayaan. dan gagal dalam kehidupan.

Tentu teman-teman sering mendengar kata-kata, "montong asup pasantren, hese neangan gawe"

Begitu juga sebaliknya, "wah jelema nu selain asup pasantren mh ges moal bisa di salametkeun"

"jauhan-jauhan"

Seringkali kita menemukan di masyarakat tentang pertentangan ini, seolah-olah Jika kita memutuskan untuk hidup berislam kita gagal di kehidupan dunia, dan ketika kita memilih jalan selain masuk pesantren yang notaben islam, kita akan gagal di kehidupan akhirat.

Padahal nyatanya... Polanya tidak se sempit itu... Kehidupan terlalu random untuk diambil kesimpulan di awal. 

Apakah kita tuhan hingga berani menyimpulkan kehidupan orang lain ? 

Tentu saja bukan...

Mungkin saja orang-orang yang kita anggap penjahat, ahli maksiat pada akhirnya mendapatkan hidayah dan justru mati dalam keadaan taubat.

atau bahkan kita sendiri yang menggap diri The holy of holy. Mungkin saja tidak mati dalam keadaan beriman.

Terus harus bagaimana ?

Tentu yang lebih baik adalah kita sukses dunia akhirat...

bagaimana kita bisa mengamalkan hadits tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah ? 

Bagaimana caranya ?

Kita pemuda-pemudi harus memiliki pengetahuan tentang Ekonomi.

Maaf, saya larat

Kita pemuda-pemudi islam yang berjiwa tauhid dan bibirnya senantiasa berzikir kepada Allah dan bersholawat kepada Rasulullah memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang dianggap umum seperti Ekonomi, Sains, Kimia, Astronomi, Fisika, Psycologi yang hebat. 

Kita analogikan saja Sebuah masjid.

Bagaimana bisa dibuat kuat jika kita tidak tahu campuran yang tepat antara semen, pasir dan batu untuk membuat beton yang kuat ?

Ada yang tahu ?


harus diantara kita yang ahli di bidang arsitektur, agar bisa membuat masjid yang kuat, indah dan nyaman digunakan.

"Tuh kan, mending neangan elmu bangunan"

Sebaliknya, teman-teman, jika kita memiliki keilmuan tentang bangunan yang hebat, namun tidak memiliki keimanan, siapa mau membangun masjid tanda didasari keuntungan materi ?

Maka dari itu, tetap lah seimbang...

Dari Anas ra. ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi saw. untuk bertanya tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka menganggap ibadah mereka sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan Nabi saw., padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka mengatakan, “Aku akan melakukan shalat malam seterusnya.” Lainnya berkata, “Aku akan berpuasa seterunya tanpa berbuka.”  Kemudian yang lain juga berkata, “Sedangkan aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.”

Melihat kepada potongan hadis di atas, tentu ada rasa kagum bagaimana semangat ibadah para sahabat yang sangat tinggi. Namun ternyata, setelah kabar ketiga sahabat tersebut sampai kepada Nabi saw., beliau memiliki tanggapan yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa telah berlebih-lebihan dalam melakukan ibadah sehingga melupakan aspek kehidupan dunia, padahal amalan yang demikian tidak dicontohkannya. Pada lanjutan hadis dijelaskan bahwa Rasulullah saw. mendatangi mereka seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka siapa yang tidak menyukai sunahku, ia tidak termasuk golonganku.” 


Nah yang menjadi soal pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara kita menggapai ke sana, maksudnya, kita sebagai individu mampu bersaing dengan orang lain ?

Bagi teman-teman yang ingin berjuang untuk menggai impian teman-teman apapun itu, 

yang berikutnya adalah 

jangan sungkan untuk berproses.

Di era sekarang, banyak orang yang tidak mau lama-lama dalam berproses dan langsung mau hasilnya. 



berpores dan tidak bercerai berai

kisah salahudin yang mempersatukan...








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Segala sesuatu tergantung dari persepsi